Monday 12 September 2011

TAWAKAL

Dalam salah satu konseling yang saya lakukan. Ada seorang mahasiswa dakwah yang konsultasi tentang program studi yang diambilnya. Ia masih ragu dan bingung dengan pilihan program studi yang ditekuninya sekarang. Dengan bahasa yang lugu dan apa adanya, ia menceritakan tentang mengapa dia memilih program studi tersebut. Dalam awal ceritanya, dia mengatakan bahwa sebelum dia memilih program studi di dakwah, sebenarnya dia sudah pernah mencoba masuk Perguruan Tinggi negeri lain yang sesuai dengan jurusan yang dia pilih saat Sekolah Menengah Atas. Tetapi amat disayangkan dia tidak berhasil masuk Perguruan Tinggi yang diinginkan tersebut. Padahal dia telah berupaya secara maksimal dengan belajar sungguh-sungguh dan mengikuti bimbingan belajar.

Kemudian saya menanyakan kepada mahasiswa, lantas setelah gagal masuk Perguruan Tinggi tersebut, tindakan apa yang kamu lakukan? Mahasiswa pun dengan nada spontan meneruskan ceritanya dengan mengatakan bahwa saya tidak putus asa dari kegagalan tersebut. Saya mencoba kembali untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri lain yang juga saya berminat di dalamnya. Saya coba belajar dari pengalaman sebelumnya agar saya tidak gagal lagi dalam memasuki Perguruan Tinggi tersebut. Saya belajar lebih tekun dan terus berdo’a agar saya dapat diterima. Namun apa yang terjadi, ternyata saya gagal lagi memasuki Perguruan Tinggi tersebut. Kemudian saya merenung dan berpikir panjang kenapa saya gagal lagi..., gagal lagi.... sempat terlintas dalam pikiran, apakah ini sebuah ujian dari Tuhan ataukah karena tidak sungguh-sungguhnya saya mempersiapkan diri untuk masuk dalam Perguruan Tinggi tersebut.

Mendengar cerita tersebut, saya sebagai konselor merasa simpati atas kejadian yang menimpa mahasiswa kami. Kemudian saya mencoba masuk dalam dunianya, subhaanallah anda luar biasa, kata saya, dalam kondisi yang sulit tersebut anda dapat berpikir untuk melakukan introspeksi diri, itu sesuatu yang luar biasa, tidak banyak orang yang mampu berpikir seperti anda. Lantas setelah itu anda tidak melanjutkan kuliah?

Tidak, tetap saya ingin melanjutkan studi, prinsip saya selama kedua orang tua saya mendukung, saya akan tetap lanjutkan. Mahasiswa tersebut pun akhirnya melanjutkan ceritanya. Saya mencoba untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri lainnya yang juga sejalan dengan jurusan yang dipilihnya dan masih ada kesempatan untuk mendaftar. Dengan berbagai upaya saya lakukan agar saya berhasil dan saya pun berjanji, jika dengan upaya ini gagal, semuanya dipasrahkan kepada Tuhan. Mungkin Tuhan bermaksud lain dan dia tidak ingin memaksakan kehendak-Nya. Semuanya mungkin sudah diatur, kemana jalan yang mesti saya tempuh.

Dengan perasaan yang tidak sabar---konselor---menanyakan hasilnya, gimana? Alhamdulillah saya pun tidak diterima lagi. Konselor merasa kaget dengan jawabannya. Loh..kok alhamdulillah padahal anda tidak diterima? Inilah barangkali perjuangan saya yang terakhir---kata mahasiswa tersebut---karena tidak ada kesempatan lagi untuk saya bisa ikut test di Perguruan Tinggi Negeri, saya harus mengakhiri keinginan saya yang begitu kuat untuk kuliah. Tetapi apalah daya yang bisa saya perbuat, sudah tiga kali saya ikut test masuk Perguruan Tinggi Negeri dan selalu gagal. Semuanya sudah diputuskan dan barangkali inilah kerja Tuhan yang menginginkan saya untuk tidak masuk dalam jalur tersebut. Mungkin Tuhan punya kehendak yang lain. Dalam hati pun saya pada waktu itu pasrah pada Tuhan, saya tidak perlu ambisi lagi. Apapun keputusan Tuhan saya akan terima. Saya pun berjanji, jika tidak diterima saya pun akan bekerja saja di perusahaan atau dimana saja yang penting saya bisa mendapatkan pekerjaan.

Lagi-lagi konselor dibuat kejutan oleh mahasiswa tersebut, luar biasa...luar biasa.. konselor pun bertanya dengan nada heran kepada mahasiswa tersebut. Mengapa sekarang anda ragu dengan kuliah yang saudara tekuni sekarang, bukankah ini jalan yang diberikan Tuhan kepada anda? Artinya anda masuk Perguruan Tinggi Negeri ini tanpa anda hambatan yang berarti. Ini kesempatan terbaik bagi anda untuk meraih prestasi dan anda betul-betul ditantang dalam kuliah ini karena latar belakang yang anda tempuh tidak seiring dengan perkuliahan yang anda jalani. Anda dari SMA yang notabene tidak memiliki kemampuan dalam Bahasa Arab, sementara perkuliahan lebih banyak menggunakan Bahasa Arab. Kira-kira seperti itukah keraguan saudara dalam memilih program studi di dakwah?

Begini pak, jawab mahasiswa. Setelah tiga kali saya gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri, saya mencoba melamar pekerjaan di beberapa perusahaan dan instansi negeri, ternyata saya pun gagal, semuanya menolak saya dengan berbagai alasan. Akhirnya saya pun nganggur selama satu tahun. Kemudian pada tahun ajaran baru, saya mencoba putar haluan, saya ambil program studi yang dianjurkan oleh orang tua saya. Saya diperintahkan untuk masuk STAIN/IAIN. Saya bingung karena saya tidak memiliki referensi dan informasi yang mendalam tentang STAIN/IAIN. Sepengetahuan orang tua saya yang berasal dari desa bahwa kuliah di STAIN/IAIN itu menjadi guru dan belajar agama.

Saya mencoba mendaftar dan memilih beberapa tawaran yang ada. Karena informasi yang saya dapatkan di STAIN/IAIN itu menjadi guru, saya pun pilih jurusan Tarbiyah dan mencoba mengambil pilihan alternatif ketiga di jurusan Dakwah. Ternyata hasil tes saya diterima di jurusan Dakwah dan saya pun terkejut, saya sempat berpikir dan ragu apakah ini arah jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan ataukah karena hasil ujian saya yang tidak bisa masuk di jurusan Tarbiyah. Keraguan inilah yang terus menghantui saya hingga saat saya kuliah di jurusan Dakwah. Saya mau kuliah di STAIN/IAIN untuk memenuhi permintaan orang tua dan mereka tidak mengetahui bahwa saya kuliah di STAIN/IAIN itu bukan pada jurusan yang dimaksudkan orang tua saya, yakni sebagai guru. Bagi orang tua saya pokoknya kuliah di STAIN/IAIN sudah membanggakan, belajar agama untuk bekal nanti di dunia dan akhirat. Jadi itu yang membuat saya ragu dan bingung.

Oke.... kata konselor, kalau begitu sebetulnya anda sudah punya modal dasar untuk berkeinginan kuliah di STAIN/IAIN. Itu modal penting untuk maju, tanpa ada modal kemauan yang kuat akan sulit mencapai cita-cita atau harapan anda di masa yang akan datang. Problemnya tinggal persepsi anda tentang jurusan Dakwah dan bagaimana memberikan pemahaman kepada orang tua anda tentang jurusan Dakwah yang anda geluti sekarang ini.

Betul pak dan saya sepakat dengan pernyataan bapak tadi. Begini..., kata konselor yang mencoba merapihkan tempat duduknya dan menatap pandangan mahasiswa tersebut dengan penuh harapan. Saya akan memberikan penjelasan dan ini hanya pendapat saya, anda boleh tidak setuju atau setuju, anda harus pikirkan secara matang untuk mengambil tindakan karena keberhasilan konseling bukan ditentukan oleh seorang konselor tetapi pada anda yang mau melakukan perubahan.

Baik pak..., jawab mahasiswa. Hidup ini terkadang tidak linier, apa yang kita inginkan terkadang tidak sesuai dengan keinginan. Apalagi menyangkut masa depan yang kita sendiri tidak bisa memastikan, tidak bisa menjamin dan terkadang sulit untuk dijangkaunya. Kita hanya bisa memprediksi peluang-peluang, tetapi kita tidak bisa memastikan. Waktu saya bincang-bincang dengan para sopir perusahaan yang ada di Purwokerto, saya terkagum-kagum ternyata mereka adalah lulusan Perguruan Tinggi Negeri yang jauh dari bidang yang ditekuninya, mereka berasal dari Fakultas Pertanian, Hukum, dan Peternakan. Begitu juga, teman-teman saya yang berasal dari Fakultas Dakwah banyak yang menjadi guru dan dosen, penyuluh, wartawan, pedagang, dan politikus.

Mengapa demikian pak? cetus mahasiswa. Itulah dinamika hidup. Perjalanan hidup seseorang tidak hanya ditentukan oleh orang tersebut. Ada orang atau lembaga lain yang ikut dalam menentukan perjalanan hidup seseorang. Entah itu orang tua, saudara, teman, pemerintah, stakeholder, Tuhan dan sebagainya. Jelasnya, kita hidup bukan di ruang hampa, melainkan ruang terbuka yang nyata dan penuh dengan kompetisi. Oleh karena itu, persiapan diri yang berkualitas dan profesional menjadi tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar. Siapa pun dan darimana pun asal pendidikannya, jika ia memiliki kualitas dan profesional tentu akan banyak orang atau lembaga yang membutuhkannya.

Masing-masing individu dibekali akal oleh Allah. Dengan akal inilah manusia dapat berfikir sehingga melahirkan ide atau gagasan kreatif dan inovatif. Perkuliahan pada dasarnya adalah melatih mahasiswa agar akal yang diberikan oleh Tuhan dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga mahasiswa bisa berpikir secara sistematis, kritis dan logis. Dari sanalah akan lahir ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, konsep dasar inilah yang penting untuk dikembangkan oleh mahasiswa sehingga mahasiswa setelah selesai ia bisa mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Kalau pun ada spesifikasi jurusan, itu hanyalah tambahan keahlian dan hal itu pun tidak menjadi satu-satunya alasan untuk tetap memaksakan pada jalur tersebut. Jika jalur tersebut tidak ada ruang untuk dimasuki, maka konsep dasar itulah yang dijadikan alasan bahwa kita bisa masuk jalur apapun dan dimanapun.

Maaf pak.., saya kok jadi semakin bingung dengan penjelasan bapak. Sekarang apa yang harus saya lakukan? Baiklah, kebingungan yang ada pada anda, menandakan diri anda sudah mulai ada kemajuan. Tugas anda sekarang adalah syukurilah apa yang sedang anda jalani di jurusan Dakwah. Anda harus optimis bahwa masuknya anda di program studi tersebut merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Betapa banyak orang di luar kampus yang tidak bisa kuliah karena ketidakmampuan mereka untuk masuk Perguruan Tinggi. Kalau pun anda masih ragu bahwa program studi yang anda geluti tersebut bukan merupakan anugerah Tuhan, anda harus tetap optimis. Mantapkanlah niat anda bahwa saya kuliah bukan hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi berniat untuk mencari ilmu, membekali diri dan melatih kemampuan berfikir.

Tetapi pak..., kalau kita kuliah tidak untuk bekerja, nanti apa kata orang tua, saudara, dan tetangga saya tentang perkuliahan saya serta bagaimana dengan masa depan saya? Baiklah, saya tidak bermaksud mengarahkan anda bahwa kuliah di jurusan Dakwah tidak mendorong anda untuk tidak bekerja. Bekerja adalah implikasi dari kemampuan yang dimiliki oleh seseorang baik menyangkut kemampuan intelektual, sosial, profesional dan spiritual. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa datang sendiri, melainkan perlu pembelajaran dan pembekalan. Di bangku kuliah itulah kita mendapatkan kemampuan-kemampuan tersebut. Jika di saat kuliah anda tidak melakukan proses yang maksimal untuk mendapatkan kemampuan-kemampuan tersebut, implikasinya berdampak pada kualitas yang saudara miliki setelah selesai dari perkuliahan. Implikasi lebih jauhnya anda pun akan sulit diterima oleh masyarakat atau stakeholders sehingga harapan anda untuk mendapatkan pekerjaan yang layak pun jauh dari harapan. Oleh karena itu, tugas anda sekarang adalah perkuat niat anda bahwa anda kuliah untuk menuntut ilmu dan dalam kerangka ibadah kepada Allah. Kemudian anda ikut berproses secara maksimal dalam pembelajaran dan aktivitas kemahasiswaan. Masalah masa depan dan pekerjaan semuanya anda pasrahkan kepada Allah swt. Prinsipnya anda sudah belajar, berusaha dan berdo’a secara maksimal.

Jika kita belajar dari pengalaman para pemimpin bangsa ini, seperti Wahid Hasyim, Cokroaminoto, M. Natsir dan tokoh Islam lainnya, mereka dalam menuntut ilmu tidak dibebani oleh keinginan dan perasaan ingin mencari pekerjaan. Semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan motivasi untuk beribadah kepada Allah swt. Semua upaya yang telah dilakukan oleh mereka diserahkan sepenuhnya kepada Allah swt, sebagaimana firman-Nya: “kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah” (QS. 3:159). Awali dengan niat yang baik, proses yang baik dan insya Allah akan mendapatkan hasil yang baik.

Demikian juga dengan anda, tidak usah ragu dan bingung lagi, terima dan jalankan apa yang sedang anda geluti dengan sungguh-sungguh, gimana?? Baiklah pak..insya Allah saya akan berupaya semaksimal mungkin untuk meraih apa yang menjadi harapan orang tua saya dan juga menjadi cita-cita saya. Terima kasih atas bimbingan dan konsultasinya, semoga ini menjadi bekal hidup yang bermanfaat bagi saya dan bagi yang lainnya. Amien....

No comments: