Sunday 21 September 2008

PESAN SOSIAL AL-QUR'AN

Oleh: Abdul Basit

Bulan ramadlan merupakan bulan yang penuh berkah. Salah satunya disebabkan karena pada bulan ini Allah swt menurunkan al-Qur’an yang didalamnya berisi petunjuk-petunjuk yang dapat membawa keberkahan pada manusia, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 185 “bulan ramadlan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.
Untuk dapat menikmati keberkahan yang diberikan oleh Allah melalui ajaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an, maka tugas manusia adalah menggali dan memahami maksud-maksud yang terkandung dari pesan yang ada di dalam al-Qur’an.
Ayat yang pertama kali diturunkan, surat al-Alaq ayat 1-5, memerintahkan kepada manusia untuk membaca. Jika makna ini ditafsirkan lebih luas, manusia diperintahkan untuk mengembangkan pendidikan. Pendidikan menjadi kunci sukses bagi individu maupun bangsa dalam meraih kebahagiaan. Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan kreativitas, meningkatkan wawasan, memiliki keahlian, dapat menggali potensi diri, dan berbagai manfaat laiinya.
Dalam realitas, kita dapat menyaksikan betapa banyak negara-negara yang maju disebabkan karena mereka telah mempersiapkan manusianya melalui proses pendidikan yang berkualitas. Sebaliknya, banyak negara yang tidak menginvestasikan di bidang pendidikan mengalami kehancuran atau menjadi negara-negara yang terbelakang.
Selanjutnya, dalam ayat-ayat yang diturunkan pada masa awal, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk memperjuangkan misi kemanusiaan. Al-Qur’an tidak menganjurkan untuk memberantas berhala, patung-patung atau sesembahan kaum Arab. Justru enam surat al-Qur’an yang paling awal diturunkan (al-lahab, al-Humazah, al-ma’un, al-takatsur, al-layli, dan al-balad) menyinggung masalah keserakahan terhadap kekayaan dan ketidakpedulian terhadap orang-orang yang menderita.
Surat al-Lahab, yang turun dalam urutan ketiga, disinggung bahwa harta kekayaan dan usaha seseorang sama sekali tidak akan menyelamatkannya dari hukuman di hari akhirat (QS. 111:2-3). Surat al-Humazah, yang turun dalam urutan keenam, dengan keras mengingatkan akan nasib celaka bagi mereka yang dengan serakah menumpuk-numpuk kekayaan dan menganggap kekayaannya itu bisa mengabadikannya (QS. 104:1-4). Surat al-Ma’un, yang turun dalam urutan ketujuh, mengatakan bahwa orang-orang yang tidak memperdulikan penderitaan anak-anak yatim dan orang-orang miskin dikualifikasi sebagai orang-orang yang membohongi agama (QS. 107:1-3).
Demikian juga, surat al-Takatsur yang turun dalam urutan kedelapan, memberikan peringatan keras terhadap orang-orang yang asyik berlomba-lomba dalam kemewahan dan kekayaan (QS.102: 1-2). Surat al-Layl yang diwahyukan dalam urutan kesepuluh, diberikan kabar baik terhadap mereka yang suka memberi dan sebaliknya kabar buruk bagi mereka yang kikir dan bakhil (QS. 92: 5-10). Terakhir surat al-Balad, yang diturunkan dalam urutan kesebelas, menyinggung keengganan manusia memberikan bantuan kepada sesamanya yang hidup dalam penderitaan dan kesengsaraan (QS. 90: 10-17).
Untuk mencapai misi kemanusiaan tersebut, al-Qur’an mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa merubah dan memperbaiki mentalitas dirinya. “Allah tidak akan merubah suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubah dirinya” (QS. 13:11). Langkah terbaik adalah manusia dianjurkan untuk senantiasa mensucikan dirinya dengan cara ingat kepada Allah dan melaksanakan shalat atau dalam bahasa lain manusia perlu menghadirkan Allah dalam dirinya.
Dengan menghadirkan Allah dalam diri manusia, secara mental manusia lebih siap untuk menghadapi perubahan apapun. Manusia tidak akan menipu dirinya, keluarga, masyarakat, dan bangsa karena keberadaannya senantiasa diawasi oleh Allah. Bahkan, dengan kesadaran akan adanya Allah dalam dirinya, manusia akan memiliki semangat (ghiroh) dan optimisme dalam menjalani hidup. Manusia terus berjuang untuk meningkatkan prestasi dan kemajuan karena didalamnya tertanam harapan yang besar bahwa dia kelak akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah yang memiliki alam semesta ini atas apa yang telah diusahakan.
Perubahan lain yang diajarkan al-Qur’an agar misi kemanusiaan berjalan dengan baik yaitu perlunya perubahan secara kultur dan sistem kemasyarakatan. Kultur yang ada pada masyarakat terbentuk dari dua komponen utama yaitu pola pikir dan perilaku. Dua hal ini yang banyak mendapatkan sorotan dari al-Qur’an agar manusia mau merubahnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Pola pikir dan perilaku manusia harus dibebaskan dari proses penghambaan dan ketergantungan.
Ketika seseorang sudah menyatakan syahadat tentu dalam dirinya harus dibebaskan dari pola pikir dan perilaku penghambaan dan ketergantungan, baik yang menyangkut akidah maupun muamalah. Karena Islam itu adalah agama pembebasan dari segala macam bentuk penghambaan dan ketergantungan. Disinilah Islam menekankan perlunya kemandirian (enterpreunership) kepada setiap individu muslim. Kemandirian ini perlu dibentuk dan ditanamkan sejak dini melalui proses pendidikan dan pengalaman langsung.
Selain kemandirian, al-Qur’an juga mendorong umatnya untuk bekerja keras (QS. 62:10, 94:7), disiplin dalam memanfaatkan waktu (QS. 103: 1-3), memiliki rencana dalam mendesign masa depan (QS. 59:18), dan berbagai dorongan positif lainnya. Semua dorongan tersebut dalam kerangka untuk memacu pola pikir dan perilaku manusia agar menjadi manusia yang terbaik, unggul, dan berkualitas.
Sementara, perubahan sistem kemasyarakatan yang diajarkan al-Qur’an dan dipraktekkan oleh Rasulullah adalah membangun sinergi antara state (penguasa), privat sector (konglomerat), dan civil society (masyarakat). Di zaman Rasulullah, ada dua struktur masyarakat yang menguasai sistem kemasyarakatan yaitu kelompok al-mala (pemuka dan penguasa masyarakat) dan kelompok al-mutrafin (kaum konglomerat). Sedangkan kelompok al-mustad’afin (kaum miskin dan awam) adalah kelompok yang tertindas. Karenanya, perjuangan Rasulullah adalah bagaimana mengangkat orang miskin menjadi berdaya dengan cara melibatkan kelompok al-mala dan al-mutrafin dalam membangun sistem kemasyarakatannya.
Pesan sosial yang diajarkan oleh al-Qur’an tersebut amat relevan dengan ibadah puasa yang sedang kita laksanakan sekarang ini. Titik relevansinya bukan hanya al-Qur’an diturunkan pada bulan ramadlan, melainkan juga pada nilai sosial yang terkandung dalam ibadah puasa. Puasa yang merupakan latihan untuk mensucikan diri, pada dasarnya mengajarkan umat Islam untuk memiliki rasa tanggung jawab sosial. Rasulullah mengajarkan agar dalam ibadah puasa kita dianjurkan untuk mengeluarkan zakat dan memperbanyak shadaqah. Maksudnya, umat Islam perlu mensinergikan antara kesadaran spiritual dengan tanggung jawab sosialnya. Kesadaran spiritual berhimpitan erat dengan tanggungjawab sosial. Semakin tinggi kesadaran spiritual (keberagamaan), mestinya makin tinggi kualitas kemanusiaannya.
Untuk dapat mengaplikasikan pesan sosial dari al-Qur’an pada bulan ramadlan ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu: Pertama, kebiasaan tadarus al-Qur’an yang dilakukan oleh umat Islam hendaknya ditingkatkan lebih jauh lagi dengan cara melakukan kajian-kajian terhadap kandungan al-Qur’an. Tadarus al-Qur’an baik untuk meningkatkan kesucian dan kedekatan pembacanya dengan Allah. Akan lebih baik lagi manakala apa yang dibaca tersebut dapat dipahami sehingga dapat menjadi titik awal untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sosial.
Kedua, pesan sosial al-Qur’an perlu terus menerus disosialisasikan kepada masyarakat sehingga muncul kesadaran bahwa tanggung jawab sosial itu penting untuk kemajuan suatu bangsa. Apalagi dalam bulan ramadlan ini ada moment untuk memperingatinya yaitu peringatan nuzulul Qur’an. Moment ini semestinya membahas al-Qur’an terkait dengan fungsi sosialnya bagi manusia. Terkadang muballigh/da’i hanya mengapresiasi al-Qur’an dalam teologis yang jauh dari kehidupan manusia sehari-hari.
Ketiga, sekecil apapun pesan sosial al-Qur’an hendaknya umat Islam dapat mewujudkannya secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Seperti penghimpunan zakat dan shadaqah yang banyak dilakukan oleh umat Islam pada bulan ramadlan ini hendaknya dikelola dengan baik agar kepercayaan umat tinggi terhadap pengelola zakat tersebut.
Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan bulan ramadlan ini menjadi titik awal bagi masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam untuk dapat mengaplikasikan pesan sosial al-Qur’an bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pesan sosial dari Al-Qur’an tidak hanya berhenti pada saat umat Islam melaksanakan ibadah puasa, tetapi tetap berjalan pada bulan-bulan berikutnya. Amien.
Wallahu a’lam bi al-Shawab

4 comments:

Nazhori Author said...

Salam, Pak bagus juga blog nya untuk sarana dakwah. Kangen aja numpang lewat. Ga ketemu orangnya ya minimal baca karya kan boleh pak. Biar berkah dan tambah ilmu.
Kunjungi myblog: http://nazhoriauthor.blogspot.com

abdul basit said...

terima kasih atas komentarnya. saya juga bangga dengan izur yang telah ikut meramaikan wacana Islam di media. semoga sukses selalu. amien.

Jarwoto Ariyono said...

Salam Dakwah...!!!
Sungguh Bangga hatiKu ini,jika semua umat Islam berperan aktif dalam berdakwah.
Sungguh Bahagia pula hatiKu ini,tatkala melihat Blog Ketua Jurusan Dakwah Ini.
HatiKu pun ini tidak kalah Gembiranya saat ini, karena diriku yang bodoh telah memiliki Blog yang Luar Biasa pula yakni http//:melilea-purwokerto.blogspot.com
Mampirlah bentar ke Blog Saya...???
Salam Hangat dari MahasiswiMu
Yanwi Mudrikah

ONLINE FOREX TRADING said...

aslm...
semangat pa'!!!!!
pa' maaf kalau yanwi sering telat, soalnya rumahnya jauh ceh di gumelar....
mampir donk pa' ke blog saya,
http://melilea-pwt.blogspot.com/
terima kasih,
yanwi KPI 4