Sunday 15 April 2012

ALAM SEMESTA

Alam semesta diciptakan oleh Allah dengan haq (QS. 39: 5) dan tidak diciptakan Tuhan secara main-main (QS. 21:16) serta tidak pula secara palsu (QS. 38:27). Oleh karena itu, menjadi tugas manusia untuk senantiasa mencari tahu maksud utama diciptakan alam semesta ini oleh Allah swt. Manusia harus mengerahkan dan mencurahkan akalnya untuk mengetahui maksud diciptakan alam semesta dan sekaligus untuk memahami alam semesta bagi kehidupan manusia. Konsekuensi logis dari pemahaman tersebut, maka alam semesta menjadi objek pemahaman sekaligus sumber pelajaran bagi mereka yang mau berpikir (QS. 3:190-191).
Dengan potensi akal yang diberikan oleh Allah dan alam semesta diciptakan dengan ukuran dan ketentuan yang pasti (QS. 25:2; 36: 38-39; 54:49), maka alam semesta dapat diprediksi dan dipelajari. Manusia ketika melihat awan gelap dan terjadi gemuruh, kemudian turun hujan. Peristiwa tersebut terjadi berulangkali dalam kehidupan manusia, maka dengan akalnya, manusia bisa menyimpulkan bahwa setiap awan gelap dan terjadi gemuruh, manusia perlu bersiap-siap diri untuk menghadapi hujan yang akan turun. Demikian juga dengan kejadian-kejadian alam yang lainnya seperti meletus gunung, banjir, dan sebagainya, semua itu dapat diprediksi dan dipelajari agar manusia dapat mengantisipasi peristiwa yang menimpa dirinya.
Lebih jauh lagi manusia dapat belajar dari kehidupan alam yang penuh harmonis dan penuh hikmah. Manusia bisa belajar dari kehidupan burung yang dengan penuh semangat dan etos kerja yang tinggi, tidak mengenal musim hujan atau kemarau, burung terus terbang mencari nafkah untuk menghidupi anak-anaknya. Bahkan, ketika di suatu wilayah, makanan sudah tidah memungkinkan lagi didapat, burung bisa melakukan hijrah ke berbagai wilayah untuk mendapatkan makanan. Kehebatan burung merupakan salah satu pertanda adanya kekuasaan dan kekuatan yang menciptakannya. Oleh karena itu, alam semesta sebagai ayat-ayat yang menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Hakekat alam yang penuh hikmah, harmonis dan baik itu mencerminkan hakekat Tuhan, Maha Pencipta, Yang Maha Kasih dan Sayang (QS. 67: 3).
Manusia pun terkadang tidak bisa mengelak dari peristiwa-peristiwa alam yang tidak bisa diprediksikan seperti terjadinya gempa, meletusnya gas bumi, munculnya penyakit yang mematikan dan sebagainya. Semua peristiwa tersebut menunjukkan betapa Tuhan Maha Kuasa, bisa melakukan apa saja terhadap kehidupan di alam semesta ini. Alam semesta adalah milik Allah (QS. 4: 126). Dia dapat menghancurkan dan membangun kembali alam semesta beserta segala isinya sesuai dengan kehendak-Nya. Manusia tidak bisa berlaku sombong dan sewenang-wenang dalam memanfaatkan alam semesta. Allah mengamanahkan alam semesta kepada manusia yang shaleh (QS. 21:105, 7:128) untuk terus dibangun dan dikembangkan (QS. 11:61, 14:32-33).
Sekalipun manusia adalah makhluk tertinggi dan khalifah di bumi, namun hubungan manusia terhadap alam harus disertai sikap rendah hati yang sewajarnya, dengan melihat alam sebagai sumber ajaran dan pelajaran untuk menerapkan sikap tunduk kepada Allah. Manusia harus menyertai alam sekitarnya dalam bertasbih memuji Allah (QS. 17: 44), antara lain dengan memelihara alam itu dan menumbuhkannya ke arah yang lebih baik dan bukannya melakukan perusakan dan kerusakan di muka bumi.

No comments: